Jumat, 28 Juli 2017

cinta dan benci sewajarnya

"Cintailah orang yang kamu cintai sewajarnya, boleh jadi pada suatu hari kelak ia akan menjadi orang yang engkau benci. Dan, bencilah orang yang kamu benci sewajarnya, boleh jadi pada suatu hari kelak ia akan menjadi orang yang engkau cintai." (HR. At-Tirmidzi)

sebagai seorang wanita jelas kita akan sangat senang sekali saat pasangan kita mencurahi kita dengan sebanyak mungkin kasih sayang, menjadikan kita ratu tertinggi di hatinya, dan memanjakan kita dengan cintanya yang teramat dalam. Namun berhati-hati dan tetap waspada adalah hal yang utama. Karena, cinta itu bagi kita adalah layaknya air bagi tanaman. Jika kekurangan air maka tanaman itu akan layu, meranggas, kemudian mati. Dan jika berlebihan, air itu akan membusukkan akar-akarnya dan mencerabutnya juga dengan paksa dari kehidupannya. maka harusnya kita sadar bahwa sesuatu yang berlebihan tidaklah baik. jika pasangan begitu menyayangi kita, nasehatilah ia agar menyayangi sewajarnya. Sebagaimana takaran air yang pas bagi tanaman. Yang akan mampu menumbuhkannya secara perlahan, memekarkan kuncup-kuncupnya hingga menjadi bunga, dan meranumkan buahnya hingga rasa manis kemanfaatan bisa dirasakan.

Begitulah dahsyatnya energi dari cinta dan benci yang tidak dikelola dengan menggunakanprinsip keseimbangan/kewajaran. Ia akan mampu membinasakan pemiliknya. Seperti kisah yang sudah sangat terkenal semisal Laila Majnun, Romeo Juliet, dan seabreg kisah roman picisan yang akhirnya ditiru oleh manusia yang mengaku dirinya para pecinta yang karena cintanya yang teramat dalam (katanya..) kepada kekasihnya maka berlakulah bagi mereka kaidah-kaidah: jika kau mati ku juga mati, atau jika kau putuskan aku maka ku mati, atau jika kau sakiti hatiku kau yang kupastikan mati. Naudzubillah..

Dan ternyata masalah ketidakwajaran dalam mencinta dan membenci ini tidak hanya menjadi problem di kalangan masyarakat awam. Di dunia para aktivis yang sudah berkeluarga pun tak kalah banyaknya masalah yang ditimbulkan oleh hal ini dengan segala turunannya. Kebanyakan, bukan karena berlebihan dalam membenci tapi dalam hal mencintai.

Berapa banyak pasangan yang semula sangat memuja pasangannya tapi kemudian karena ada satu dua hal kecil yang tidak ia harapkan dilakukan pasangannya maka kemudian yang terjadi adalah pertengkaran tanpa ujung. Dengan sekejap, cinta yang menggunung tiba-tiba berganti dengan benci yang pekat bergulung-bergulung. Yang akhirnya membawa kepada perceraian dan permusuhan seumur hidup.

Maka bijak sekali Umar bin Khattab ra yang menasehati putranya: "Hai Aslam, jangan jadikan cintamu sebagai beban dan jangan sampai bencimu membuat binasa."
Aku bertanya: "Bagaimana hal itu bisa terjadi?"
Beliau mengatakan: "Jika engkau mencintai, janganlah berlebihan seperti seorang anak kecil mencintai sesuatu. Dan, jika engkau membenci, janganlah berlebihan hingga engkau suka mencelakai sahabatmu dan membinasakannya." (Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad)

Atau juga yang telah diungkapkan melaui bait-bait indah para penyair.

Jika engkau membenci, bencilah dengan kebencian sewajarnya
Karena sesungguhnya engkau tidak tahu, suatu ketika engkau akan kembali
Jika engkau mencintai, cintailah dengan cinta sewajarnya
sebab engkau tidak tahu, suatu ketika engkau memutus cinta itu
(Hadbah bin Kasyram)
Cintailah kekasihmu dengan cinta sewajarnya
Niscaya tidak akan membebanimu bila kamu memutus cinta itu
Dan bencilah musuhmu dengan benci sewajarnya
Karena bila engkau berusaha untuk mencintainya maka engkau akan bersikap bijak padanya
(An-Namar bin Taulab)

Namun sebagai seorang wanita jelas akan sangat senang sekali saat pasangan kita mencurahi kita dengan sebanyak mungkin kasih sayang, menjadikan kita ratu tertinggi di hatinya, dan memanjakan kita dengan cintanya yang teramat dalam. Tapi berhati-hati dan tetap waspada
 adalah hal yang utama. Karena, cinta itu bagi kita adalah layaknya air bagi tanaman. Jika kekurangan air maka tanaman itu akan layu, meranggas, kemudian mati. Dan jika berlebihan, air itu akan membusukkan akar-akarnya dan mencerabutnya juga dengan paksa dari kehidupannya.  Maka mintalah dia, agar mencintai secara wajar. Sebagaimana takaran air yang pas bagi tanaman. Yang akan mampu menumbuhkannya secara perlahan, memekarkan kuncup-kuncupnya hingga menjadi bunga, dan meranumkan buahnya hingga rasa manis kemanfaatan bisa dirasakan.




Lalu apa takaran kewajaran itu? Semoga tak lebih dan tak kurang: ILMU DAN IMAN.
Allahu a’lam..


Semoga Bermanfaat



Kamis, 13 Juli 2017

perintah suami yang tidak boleh ditaati


“Jika seorang wanita mengerjakan shalat lima waktunya, berpuasa di bulan Ramadhannya, menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya, maka dikatakan kepadanya, ‘Masuklah ke surga dari pintu mana saja yang engkau suka" HR. Ahmad, no. 1664. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’, no. 660
Setiap pasangan suami isteri pasti mendambakan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Rumah tangga akan harmonis dan bahagia jika masing-masing dari keduanya merasakan ketentraman, cinta, dan kasih sayang. Namun semuanya itu tidak akan pernah terwujud kecuali jika setiap pasangan mengerti dan memahami tugas masing-masing. Sebagaimana keduanya memiliki hak, keduanya juga mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan dengan penuh tanggung jawab.
Kewajiban utama seorang suami adalah menjadi kepala rumah tangga, pemimpin dalam komunitas keluarga, yang bertanggung jawab mengayomi, melindungi, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga. Sedangkan kewajiban utama seorang istri adalah menaati dan melayani suami.
Dalam konteks kewajiban taat seorang istri kepada suaminya, Rasulullah  shollallohu ‘alaihi wa sallam  pernah bersabda:
“Sekiranya aku (boleh) memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya akan kuperintahkan wanita untuk sujud kepada suaminya.” HR. Ahmad, no. 18913; at-Tirmidzi, no. 1159; dll. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah, no. 3366.
Melalui hadits mulia ini, Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam – ingin menyampaikan pesan kepada para istri, bahwa suami memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Suami layaknya nahkoda yang mengatur jalannya rumah tangga kala mengarungi lautan kehidupan. Maka semestinya ia ditaati, bukan didurhakai, seharusnya ia diikuti, bukan dikhianati. Dan seorang istri shalihah yang beriman kepada Allah dan RasulNya, tidak akan memandang kewajiban taat ini sebagai bentuk diskriminasi terhadap wanita, kekerasan dalam rumah tangga, atau pelanggaran terhadap hak asasi manusia, sebagaimana yang diklaim oleh orang-orang kafir dan para pengekor mereka. Akan tetapi, ia akan memandang bahwa kewajiban taat ini merupakan bentuk ketaatan kepada Allah yang telah menciptakanNya, menciptakan suaminya, dan menciptakan adanya hubungan suci nan mulia di antara keduanya. Ia akan mengatakan, “Kami dengar, dan kami taat”, kemudian ia akan menunaikannya dengan penuh ketulusan dari lubuk hati dan keikhlasan karena mengharap ridha Ilahi.
Namun yang perlu dipahami di sini adalah, sejauh manakah kewajiban taat seorang istri kepada suaminya? Apakah ia merupakan ketaatan mutlak tanpa batas? Ketaatan yang menjadikan istri layaknya budak kepada tuannya? Ataukah ada suatu kondisi di mana ketaatan itu boleh dilanggar, atau bahkan wajib didurhakai?
Dalam hal ini, Rasulullah – shollallohu ‘alaihi wa sallam – telah menggariskan satu kaidah agung yang harus dipahami dengan penuh keimanan oleh masing-masing pasangan. Rasulullah – shollallohu ‘alaihi wa sallam – bersabda,
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal kemaksiatan kepada Allah Azza wa Jalla.”
HR. Ahmad, no. 1098, dan lainnya. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’, no. 7520.
Beliau  Shollallohu ‘alaihi wa sallam  juga bersabda:
“Sesungguhnya ketaatan itu hanyalah dalam hal yang ma’ruf.”HR. al-Bukhari, no. 7145 dan Muslim, no. 1840.
Ya, ketaatan istri kepada suami bukan hanya karena suami telah menafkahinya, melindunginya, dan memenuhi segala kebutuannya. Akan tetapi lebih dari itu, ketaatan istri kepada suami adalah merupakan bentuk ketaatan kepada Allah ta’ala. Karena Allah telah memerintahkan istri untuk taat kepada suami. Oleh karena itu, ketaatan seorang istri kepada suaminya harus disesuaikan dengan ketaatan kepada Allah ta’ala. Sebab, jika kewajiban taat dan patuh kepada suami sangatlah besar, maka kewajiban taat dan patuh kepada Allah, tentu lebih besar lagi, karena Allah-lah yang telah menciptakan ia dan suaminya, dan mengikatkan tali cinta suci di antara keduanya.
Artinya, kepatuhan istri kepada suami dibatasi pada hal-hal yang tidak mengandung kemaksiatan kepada Allah ta’ala. Jika sang suami memerintahkannya melakukan suatu kemaksiatan –sekecil apa pun kemaksiatan itu-, maka sebesar apa pun kecintaannya kepada sang suami, ia tidak boleh mematuhinya.
Di antara contoh perintah suami yang tidak boleh ditaati oleh istri:
1.      Suami menyuruh istri berbuat syirik atau kufur
Jika suami memerintahkan istrinya untuk melakukan atau membantu suatu perbuatan syirik; menyuruhnya pergi ke dukun, mencari penglaris untuk dagangan, mengalungkan jimat pada anaknya, atau apa pun bentuk kesyirikan itu, maka istri tidak boleh patuh dan wajib membantah perintah suaminya, meski sang suami tidak senang, tidak ridha, murka, atau bahkan hendak menceraikannya. Bahkan dalam suatu kondisi, apabila sang suami tidak bisa dinasihati, tidak mau bertaubat dari kesyirikannya, sang istri boleh menggugat cerai dari suaminya yang musyrik. Karena keberadaannya di sisi suami, akan mengancam akidahnya. Suaminya yang musyrik itu akan dapat menjerumuskannya ke dalam kemurkaan Allah Azza wa Jalla. Rasulullah – shollallohu ‘alaihi wa sallam – bersabda:
“Barangsiapa mencari keridhaan Allah dengan kemurkaan manusia, niscaya Allah akan mencukupinya dari tuntutan manusia, dan barangsiapa mencari keridhaan manusia dengan murka Allah, niscaya Allah akan menyerahkannya kepada manusia.”HR. at-Tirmidzi, no. 2414. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’, no. 60972.
2. Suami melarang berhijab
Mengenakan jilbab (busana syar’i wanita Muslimah) hukumnya wajib. Jika suami memerintahkan istri untuk melepas kerudungnya atau membuka aurat lainnya, dengan alasan untuk pekerjaan atau apa pun alasannya, maka istri tidak boleh mematuhinya. Jika istri mematuhinya, berarti ia telah durhaka kepada Allah ta’ala. Allah berfirman, “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang Mukmin, ‘Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab: 59).
3. Suami minta dilayani di ranjang, sedangkan istri dalam keadaan haidh, atau suami minta jimak melaui dubur
Istri tidak diperkenankan menolak ajakan suaminya untuk berhubungan intim (tanpa alasan syar’i)  "Jika seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya, lalu istrinya menolaknya sehingga dia melalui malam itu dalam keadaan marah, maka malaikat melaknat istrinya itu hingga shubuh" HR. Bukhari no.3237 dan Muslim no. 1436
Namun demi suatu hikmah dan kemaslahatan, Islam telah mengatur rambu-rambu bagi suami istri dalam berhubungan intim, dan jika rambu-rambu itu dilanggar, maka mereka akan terjatuh ke dalam dosa. Di antara rambu-rambu itu adalah tidak boleh berhubungan intim ketika istri sedang haidh, oleh karena itu istri harus menolak ajakan suami untuk berhubungan intim jika ia sedang haidh. Namun dalam kondisi seperti ini keduanya boleh melakukan apa saja selain jimak. Demikian juga apabila suami mengajak istri untuk berhubungan intim melalui dubur, maka ia juga harus menolaknya. Jika tidak, maka keduanya justru akan mendapatkan murka dari Allah ta’ala. 
 "Dan mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah kotoran (najis).” Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (Qs. Al-Baqarah: 222-223)


Dan demikianlah seterusnya,
" segala bentuk perintah suami yang mengandung kemaksiatan serta kedurhakaan kepada Allah, maka istri tidak boleh mematuhinya. Namun yang perlu diperhatikan dan dipahami oleh istri adalah, bahwa ketika suami memerintahkannya melakukan satu kemaksiatan, bukan berarti itu menggugurkan ketaatan istri secara keseluruhan, akan tetapi kewajiban tidak taatnya itu hanya berkenaan dengan perintah yang mengandung kemaksiatan tersebut. Istri juga tidak diperkenankan untuk serta merta marah, benci, dan menghardik suami yang melakukan atau memerintahkan kemaksiatan. Akan tetapi harus tetap ada usaha untuk menasihati dan memberikan pengertian kepada suami. Dan istri yang shalihah adalah istri yang bisa bijak tatkala menghadapi kesalahan suaminya, bisa memberinya nasihat tanpa terkesan menggurui, bisa mengingatkannya tanpa membuatnya tersinggung". 
Semoga Allah ta’ala memberikan taufikNya kepada kita semua, amin.


Malaikat tanpa sayap

Bapak ibu yang mengajarkan bagaimana memberi cinta dengan tulus tanpa pamri tanpa lelah tanpa mengharap balasan apapun. Bahkan balasan terburuk kita pun di anggap kesalahannya. 
Bapak ibu yang menyemangati disaat kita terjatuh, mereka yang mengusap air mata kita saat menangis, menguatkan, meneduhkan hati kita. Bapak ibu juga lah yang tetap akan bangga memiliki anak seperti kita walaupun kita pernah bahkan sering mengecewakannya, pernah membuat hati mereka terluka. Satu hal lagi, mereka sangat bangga ketika kita yang dulu begitu nakal kini berubah menjaadi seorang anak yang berguna bagi orang lain meski orang lain merendahkamn kita. Mereka mengajarkan cinta yang menembus dimensi apapun, mereka tetap putih meski kita beri warna hitam. mereka akan tetap putih meski kita tak beri warna putih ( mereka tetap akan baik meski kita berlaku buruk, mereka akan lebih baik walau kita berbuat baik. Aku ingin sekuat bapak juga selembut ibu.




terimakasih untuk kalian berdua malaikat tanpa sayapku

Ana uhibbuka fillah hatta fil jannah abadan abada

Ana uhibbuka fillah hatta fil jannah abadan abada
'' aku mencintaimu karena Allah hingga ke syurga selama-lamanya ''
(insyaAllah)




Bukan di matamu ku temukan cinta, sebab kita memang belum berjumpa
namun dalam doa mu ku temukan rasa, perasaan cinta yang tak biasa
bukan di wajahmu ku merindu, sebab memang kita belum bertemu
namun dalam setiamu ku sabar menunggu, menanti Allah menyatukan kita
bukan di senyummu ku terpikat, sebab kita memang belum terikat
namun dalam taatmu ku bertekad, menjaga cinta hingga tiba akad


Untuk mu Semogaku

UNTUKMU SEMOGA KU

Dihadapanmu aku malu-malu tapi dihadapan-Nya aku menangis memintamu , tak hentinya aku nenyelipkan namamu disela doa-doa ku agar kelak hatimu akan luluh dan padaku lah cintamu terjatuh ..
Dan agar disuatu saat yang entah, aku dapat berada satu shaf dibelakangmu, duduk bersimpuh dan menjadi bagian dari semoga-semogamu lalu mengamininya 
Dari Aku, 
Wanita pengecut yang hanya berani menikmati indahmu dari kejauhan daripada mendekatimu lalu dijauhkan



Rabu, 12 Juli 2017

JALAN YANG KU PILIH

Mungkin pernah aku rasakan masa-masa jenuh untuk terus dalam kesendirian ini, Kadang serasa membutuhkan sandaran hati, tempat berbagi harapan, cinta, tangis dan bahagia
Kadang Serasa dunia ini terlalu sepi tanpa ada yang menantiku pulang, tanpa panggilan sayang & tangis bayi-bayi mungil calon penegak agama . Penantian yang terkadang aku lalui dengan gerimis air mata serta rayuan pada Sang Segala Maha .
Memang hingga kini yang kuminta belum juga tiba,
Mungkin sekarang, dia tak ada dalam pandangku, tak dekat, tak nyata, namun mimpinya dekat dengan mimpiku, Cita-citanya tergantung indah disisiku, dan hatinya berharap akan kehadiranku . Aku dan dia terpisah jarak ..

Namun aku tau dalam setiap jatuh bangun dan setiap suka duka ada rindu untuk segera bertemu ..  Aku dan dia terpisah waktu, namun bersama berjuang memulung keping-keping semangat atas perjuangan memantaskan diri ..  Aku & dia terpisah peristiwa, tapi kami saling mengingat bahwa di ujung sana ada yang sama2 berjuang, sama2 mendoakan agar hati tetap terjaga ..
Biarpun jarak kita jauh, biar kehidupan kita terjadi sendiri-sendiri, biar cerita kita sudah beda cerita, biar peran kita beda kisah, Namun dalam diam tetap merintih harapan biar kehidupan membawa kita ke takdir yang sama

Duhai Yang Maha Berkuasa,
Pada setiap perasaan yang mengacak-acak ketegaran hati yang telah aku susun sekeras karang,
Selipkan seberapa saja ketenangan di utara selatan barat timurku ini, setidaknya untuk mengusir kegelisahanku atas penantian panjang ini ..
Doa pelan dari desir hatiku ini adalah cinta dalam setiap harap dalam sujud-sujudku , Yang kuceritakan segalanya pada-MU Sang Pembolak Balik Hati , Yang kutitipkan hati dan harapnya hanya pada-MU ..
Yang tak ada Doa lainnya kecuali kuminta kasih sayang-MU tercurah untuknya agar dia senantiasa bahagia ..
Meski aku tak tau namanya, tak tau wujudnya, tak tau bagaimana suaranya, Tak tau warna rambutnya, tak tau seberapa jarak antara kita . Tapi mungkin beginilah caraku mencintainya.        
 



BERSABARLAH

Tak pernah terpikirkan sebelumnya, saat-saat seperti ini akhirnya datang juga. Ketika diri sendiri merasa terlalu sepi untuk lari dari sunyi, namun terlalu enggan mencari yang mampu mendampingi.
Seakan cinta di dalam dada terlampau berharga untuk diberikan begitu saja. Seakan kosong di dalam hati terlalu kecil untuk bisa kututupi sendiri—padahal tidak.
Semua bagai berpura-pura, namun bukan begitu sebenarnya. Aku hanya takut terluka, sebab segala cinta yang kukenal, belum ada yang berakhir bahagia.
Semiris itukah cinta yang menghampiri hati? Atau aku yang telah tak berhati-hati menaruh hati?


Jika mencintai berarti memberi hati seutuhnya, aku tidak ingin mempertaruhkannya pada yang mahir meretakkan. Karena tidak pernah ada yang tahu telah sejauh apa aku memunguti serpihan itu satu-satu, mengumpulkannya, lalu menyatukannya lagi hingga sempurna, hingga tak ada luka. Setelah sembuh, lalu semudah itu seorang baru merobohkan hatiku hingga lagi-lagi runtuh?
Aku tahu, tak baik terus begini. Bagaimana bahagia bisa mendatangi, jika membuka hati saja aku tak berani?
Dengan alasan apapun, yang punya awal pasti kelak berakhir. Meski sudah melangkah paling hati-hati, kuyakin ada saatnya hati akan sakit kemudian sembuh sendiri. Namun aku lelah terus menerus terjebak pada repitisi yang sama. Seseorang datang, mendekat, sakit, lalu berujung aku, atau dia yang luka ..


Jika boleh memilih, aku ingin menggunting peta takdir. Agar tak perlu melalui banyak hati, dan langsung sampai di pelabuhan terakhir. Tapi inilah perjalanan. Kaki bertugas melintasi dan hati mempelajari apapun yang semesta beri. Sejuta tempat singgah, berkelana hingga berdiam di titik lelah, masing-masing dari kita pasti akan menemukan seseorang yang bisa disebut rumah.
Bukan soal akhir, bukan soal awal, bukan bagaimana memulainya dan bukan bagaimana caramu mengakhiri. Tapi ini tentang menjalani, bertahan dan mendewasa dalam setiap pilihan.
Di dasar hatiku pernah terletak beberapa nama. Di sela-sela tiap mula ada ketakutan yang sama, tentang hubungan yang berujung tanpa bersama. Tapi ini mungkin hanya soal bertoleransi dengan waktu. Jika cinta sudah mendatangi, sekeras apapun kamu menolak, ia pasti akan menang telak.


Jika ini hanya perihal waktu, aku tahu aku pintar menunggu. Namun barangkali, ini lebih dari itu. Sebab katanya, Tuhan hanya memberi sesuatu jika kita telah betul-betul siap memilikinya. Mungkin saja ada yang memang belum betul-betul siap—mungkin saja aku, mungkin saja kamu, mungkin saja entah. Meyakini hal-hal semu memang tak mudah, tapi lebih baik daripada menjatuhkan diri pada kesedihan yang salah.
Bersabarlah, hati..



Yakinilah, di lain hari, kita akan lebih bahagia daripada ini ..

Minggu, 09 Juli 2017

CINTA DI BALIK UJIAN


kita semua pasti pernah merasakan penatnya hidupSaat air mata 😭tak sanggup lagi melukiskan beban. Ketahuilah bahwa saat itu Allah sedang menunjukkan Cinta-Nya. Cinta yang pernah Allah letakkan pada Nabi Ibrahim saat mengujinya dengan api. Cinta yang pernah Allah lukiskan di hati Nabi Ayyub dengan ujian penyakit, cinta yang pernah Allah berikan pada Baginda Rasulullah shalallahu 'alayhi wasallam dengan ujian dari kaum kafir. Cinta yang sama yang pernah Allah tanamkan dihati para Nabi melalui ujian, meski bentuknya tak sama. Tapi itu bagian dari cinta-Nya, Allah bebankan masalah agar kita menunduk sujud pada-Nya, Allah berikan kepedihan di hati agar ada air mata mengalir mengingat-Nya, Allah letakkan kesempitan di hati agar kita meningatnya dapat melapangkan hati. Karna Allah mencintai dalam setiap doa, sujud dan rintihanmu pada-Nya, saat itu Allah sedang menanti kita untuk merayu, merayu belas kasih dan cinta-Nya🙏

MENUJU KESUKSESAN

Perjalanan hidup bagai lembaran kertas putih yang sedang di tulis. Kadang menggunakan tinta warna merah,hitam,kadangkala menggunakan tinta biru. Tergantung kita mau menggunakan tinta apa untuk garis coretan,setiap coretan akan susah dihapus. Apalagi untuk ditimpa. Kehidupan seakan tidak bervariasi apa bila tidak ada dasar dan coretan. Seringkali kita tidak bisa menentukan perasaan dalam hati tidak akan selaras. Kembali kedasar, dimana sudah terjadi benturan dalam perjalanan hidup. Jangan sampai membuat coretan baru untuk menjerumuskan,sesuatu masalah akan bertambah. Dengan batin tenang dan dengan kesabaran, maka coretan yang sangat buruk akan perlahan bisa dihapus. Kesuksesan akan segera dapat kita raih. Hanya kebodohan yang selalu menginginkan hidup cepat kaya. Dengan bekerja besar dan dasar iman kepada Tuhan, apa yang kita inginkan akan segera tercapai, dengan 1(satu) kunci, tidak menghadapi dengan pesimis, melainkan dengan sikap optimis yang terarah. Segala kehidupan tak lepas dari apa yang harus dilakukan, sewaku hidup senang seakan cinta selalu mengalir. Sewaktu kesengsaraan bagaikan neraka, cinta yang indah seakan lenyap bagai abu. Dunia tidak ada kekekalan, semua kehidupan dunia bagaikan pamggung sandiwara. Selama air mata bisa mengalir, rasa kasih sayang masih selalu melekat. Keegoisan manusia selalu dituntun oleh material. Kesadaran kepada Tuhan selalu dibutuhkan. Segala sesuatu akan segera berbalik. Kebahagiaan yang dialami akan menjadi penderitaan, sedangkan penderitaan, langkah awal dari kebahagiaan. Tidak ada manusia mempunyai cinta sejati, semua cinta hanya terletak pada Tuhan. Selama jantung masih berdetak, selalu ada kesempatan. Sikap egois bagaikan pengaruh dari sang iblis. Makin terbawa emosi makin terpuruk jatuh. Ketenangan dan ihklas bertakwa kepada Tuhan,segala sesuatu akan dipulihkan. Menghargai diri sendiri awal pertama bisa menghargai sesama. Habis manis sepah dibuang, jangan jadikan diri menjadi frustasi, melainkan jadi cambukan batin untuk bangkit. Sukses bukan dilihat dari materi, melainkan sukses awal terletak dari hati. Dengan mencintai Tuhan, hidup akan ringan menggapai masa depan. Lembaran lama jangan jadi batu sandungan. Perjalanan hidup masi terus berlansung. Membuka lembaran baru lebih bermakna dan berarti. Lebih bijak buang rasa benci dan dendam. Hukum Tuhan selalu adil sampai waktunya..



Bukan ustadzah

“Eh ummi, eh ustadzah, eh mamah Dedeh” Kalian juga pasti pernah di panggil dengan sebutan itu, iya k an!! Yah  mungkin karena denga...