
Ya, karena keindahannya itulah wanita bisa menjadi sumber segala petaka. Tak sedikit lelaki cerdas, gagah, berkuasa bahkan lelaki yang beriman tunduk patuh padanya. Tak sedikit dari mereka menjadi lemah, tak berdaya, dan tak bisa berkata apa-apa hingga melakukan hal-hal yang menentang syari’at-Nya ketika ia telah diselimuti kecintaan yang berlebihan pada seorang wanita. Bahkan tak sedikit beberapa kisah menceritakan kehancuran kaum yang diakibatkan oleh fitnah wanita. Sebagai seorang wanita, ini adalah amanah kita. Di sinilah Allah memberikan pilihan pada kita, apakah akan menjadi sebaik-baiknya perhiasan dunia, atau malah sebaliknya menjadi seburuk-buruknya sumber fitnah dunia?
Selama ini kebanyakan wanita mudah merasa cukup. Salah satunya dalam hal menutup auratnya. Kebanyakan merasa cukup dengan berkerudung asal saja, padahal rambutnya masih terlihat dari kain kerudung yg tipis. Kebanyakan Merasa Cukup dengan menutup saja, padahal hakikatnya ia masih telanjang karena pakaian yang sempit dan membentuk lekuk tubuhnya. Kebanyakan Merasa cukup dengan memanjangkan saja, padahal hakikatnya ia masih belum menjaga auratnya ketika bertingkah, berbicara bahkan tertawa dihadapan lelaki yang bukan mahramnya.
Ya, kebanyakan
dari kita mudah merasa cukup. Kita merasa sudah cukup baik ketika kita sudah
mulai memakai gamis, kerudung panjang, kaos kaki, atau bahkan cadar. Kita sudah
merasa cukup dengan mengikuti kajian, mendengarkan ceramah, mentoring atau
sejenisnya. Kita mudah sekali merasa cukup sehingga dengan gampangnya memandang
oranglain buruk, meng-ghibah, dan memandang diri kita lebih baik dari wanita
lain yang belum bisa seperti kita. Mudah merasa cukup, itulah yang kerap
membuat kita lupa untuk senantiasa membenahi akhlak kita, meningkatkan keimanan
kita.
Kita menjadi lupa bahwa sedekat dan sebaik apapun lelaki jika ia bukan mahram kita maka kita harus tetap menjaga hijab dengannya.
Kita menjadi lupa
bahwa suara kita yang dilembutkan dapat menjadi penyakit hati. Kita menjadi lupa
bahwa pesan, emoticon, perhatian meski atas dasar persaudaraan bisa syetan
jadikan senjata keruntuhan iman.
Kita menjadi lupa
bahwa syarat bepergian wanita (safar) harus bersama mahramya.
Kita menjadi lupa
dengan dalih “kami sudah menganggap saudara” sehingga kerap bercurhat ria,
berkomen ria, bertelepon ria dengan lelaki yang jelas bukan siapa-siapa kita. Kita
mudah sekali merasa sudah aman sehingga pulang larut malam, mengikuti kegiatan
yang tidak begitu wajib diikuti, bersendagurau dengan lelaki, dan sering
bepergian jauh seorang diri. Lupakah kita bahwa kita bisa menjadi sumber
fitnah yang besar bagi seorang lelaki? sadarkah kita bahwasanya :“Wanita
itu adalah aurat. Bila ia keluar, setan akan menghiasinya (untuk menggoda
laki-laki).” [HR. At-Tirmidzi no. 1173, dishahihan oleh Al-Albani
mengatakan dalam Misykatul Mashabih no. 3109]
Ya, itulah kita wahai saudariku. Pilihan ada ditangan kita, apakah kita mau menjadi sebaik-baik perhisan yang dicintai-Nya? atau menjadi seburuk-buruk fitnah yang akan menjerumuskan kita hingga jauh dari-Nya
wallahualam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar